Tidak bisa dipungkiri, bahwa untuk saat ini jika kita
berbicara mengenai produk millenial pasti tidak bisa dilepaskan dari peran
teknologi. Secara sistematis maupun person yang terlibat di dalamnya, nampaknya
telah membentuk sebuah jaringan yang tidak terpisahkan satu sama lain, bahkan
memiliki kecenderungan untuk saling membutuhkan, saling menguntungkan. Lebih
jauh lagi dapat dianalisa bahwa cara berpikir maupun paradigma yang terbentuk
di masyarakat saat ini, secara tidak langsung telah digiring untuk lebih pro
pada kehadiran teknologi, terutama pada kehadiran teknologi digital yang
percepatan tumbuh kembangnya sangat cepat dan tidak dapat dibendung lagi. Dan
hal ini terbilang sangat wajar terjadi saat ini, mengapa? buktinya anak bayi yang
baru lahir saja sudah dikenalkan pada perangkat gadget oleh orang-orang
terdekatnya. Sehingga melalui alam berpikirnya secara psikologis, yang namanya
penggunaan teknologi digital ini bukan lagi hal tabu, alhasil dalam masa tumbuh
kembangnya pun akhirnya terbentuk jiwa millenialis secara alami.
Hubungan teknologi digital dengan unsur budaya memang
awalnya terasa janggal, muncul kekhawatiran beberapa pihak yang meragukan
keharmonisan hubungan keduanya. Kemunculan teknologi digital dalam pasar
komunitas publik, dikhawatirkan akan menggerus nilai-nilai budaya yang lebih
mengedepankan unsur socio psikologis di masyarakat. Dalam pandangan budaya, ada
beberapa karakter dari teknologi digital yang saling bertolak belakang dengan
pakem budaya yang sudah memasyarakat, dimana hal ini terlihat pada beberapa
aspek yaitu:
1. Unsur
budaya: lebih mengutamakan komunikasi, toleransi, saling tolong menolong,
terciptanya suatu keakraban antara satu dan yang lainnya.
2. Sedangkan
teknologi digital, identik dengan egosentris, mandiri, kurangnya rasa
solidaritas dengan lingkungan sekitar sehingga dianggap mengalami penurunan
dalam berinteraksi sosial.
Apabila dilihat sekilas, memang sangat wajar
kekhawatiran tersebut muncul. Mengingat negara Indonesia ini dibangun
berlandaskan unsur kemajemukan budaya dari Sabang sampai Merauke, sehingga
normal jika unsur budaya sangat mendominasi dan memegang peran vital dalam
menyaring atau memfilter hal-hal baru yang akan masuk ke kehidupan masyarakat
lokal. Apabila tidak bisa sejalan dengan kemajemukan masyarakat yang heterogen
ini, tentu akan terjadi penolakan secara tersurat maupun tersirat.
Seiring dengan berjalannya waktu, beruntungnya bahwa
teknologi digital ini tidak datang ke Indonesia dengan angkuhnya, melainkan
justru teknologi digital ini mampu mengambil peran-peran penting yang selama
ini belum terakomodir secara optimal, baik secara sistem maupun regulasi yang
ada di negeri ini. Sehingga kekhawatiran bahwa teknologi digital akan merusak
nilai-nilai kepatuhan dan rasa solidaritas di masyarakat nyatanya tidak
terbukti. Justru teknologi ini mampu menjadi sharing partner bagi masyarakat
mulai dari hal-hal kecil sampai yang bernilai besar.
Teknologi digital merakyat. Mungkin itu adalah istilah
yang tepat untuk menggambarkan betapa singkron dan harmonisnya hubungan
teknologi digital di tengah pengaruh socio culture yang ada. Menjadikan dua
aspek yang bertolak belakang bisa berjalan selaras bukanlah pekerjaan yang
mudah. Butuh komitnen, konsistensi dan perlu pemahaman yang mendalam dari para
penggagasnya, sehingga dua hal yang bertolak belakang ini menjadi sinkron.
Apakah pernah terpikir di benak kita, misalkan di
tengah masyarakat terjadi hal-hal di luar dugaan. Misalnya, tiba-tiba ada
tetangga kita yang kritis dan perlu dibawa ke rumah sakit terdekat, malangnya
kejadian ini terjadi di siang hari saat semua orang masih bekerja dan di
sekitar rumah tidak ada yang dapat dimintai bantuan. Kini, cukup dengan
menggunakan aplikasi booking rumah sakit secara online RUSABOOK, kita sudah
dapat melakukan reservasi secara online. Lalu untuk angkutan transportasinya
pun sudah tersedia aplikasi yang support. Ini hanyalah contoh kecil dari betapa
banyaknya contoh-contoh lain di masyarakat yang menunjukkan betapa hubungan
antara teknologi digital dan unsur budaya ini dapat menyatu.
Jangan lupa follow akun sosial media kami di: